Lockheed
Martin, produsen pesawat canggih F22 Raptor sekaligus kontraktor persenjataan
terbesar pemerintah AS menurut laporan Reuter, harus menghadapi serancan cyber
yang meningkat secara signifikan baik kecepatan maupun kecanggihan serangan.
Chandra
McMahon wakil presiden sekaligus chief information security officer di Lockheed
seperti dilaporkan Reuters menyatakan, jumlah percobaan penyerangan meningkat
drastis dalam beberapa tahun terakhir, bahkan dilakukan dengan lebih cepat.
McMahon
mengkaim, sekitar 20 persen dari serangan dilakukan oleh negara lain serta
kelompok yang memiliki tujuan mencuri informasi maupun mengancam operasi
perusahaan. Namun ia menegaskan, Lockheed menganggap serangan yang terjadi
sebagai peringatan agar perusahaan terus maju.
Menurut
Reuters, kontraktor tidak luput menjadi sasaran para penyerang ketika mereka
tidak dapat menembus jaringan Lockheed. Untuk mengatasi masalah ini Lockheed
telah menghimbau para kontraktornya agar makin meningkatkan keamanan jaringan
komputer mereka.
Jaringan
komputer Lockheed sempat ditembus oleh hacker setelah dua kontraktornya
diserang pada bulan Mei 2011. Menurut McMahon, alasan utama keamanan Lockheed
berhasil ditembus ialah karena para hacker berhasil mencuri informasi dari pihak
kontraktor.
Ia
menambahkan, ini hanya salah satu contoh bagaimana giatnya para pelaku serangan
cyber dan mereka sangat serius dalam menargetkan industri berbasis pertahanan.
Setahun
sebelum jaringan komputer mereka di tembus pada tahun 2011, Lockheed berhasil
memenangkan kontrak bernilai jutaan dolar untuk mengoperasikan lab cybercrime
milik pemerintah AS. Kontrak dengan nilai 454 juta USD diberikan kepada
perusahaan untuk membantu militer dalam melakukan penyelidikan terkait
meningkatnya jumlah ancaman cyber, sekaligus memberikan dukungan teknis, fungsi
serta manajerial untuk lab tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar