Angkatan
Udara AS telah merancang sebanyak enam tools cyber sebagai senjata yang
memungkinkan program tersebut mampu bersaing untuk memperoleh pendanaan dari
Pentagon. Pejabat Angkatan Udara AS mengungkapkan, dana dari Pentagon untuk
membiayai program militer semakin sulit diperoleh, terkait adanya pemotongan
anggaran pertahanan.
Letjen
JohnHyten wakil komandan Air Force Space Command dalam sebuah konfrensi yang
diadakan bersamaan dengan National Spece Symposium menyatakan, rancangan
terbaru akan meningkatkan profil kemampuan militer AS dalam menjalankan operasi
cyber, sebagai negara yang selalu bergulat dengan serangan yang berasal dari
internet.
Hyten
juga menyatakan, angkatan udara AS sedang berusaha mengintegrasikan kemampuan
cyber dengan senjata lain, namun tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai
senjata cyber baru mereka.
Angkatan
Udara AS bahkan berencana meningkatkan jumlah personil cyber sebanyak 20 persen
atau sebanyak 1.200 orang, dari jumlah saat ini yang mencapai 6.000 orang.
Menurut Heyten, ini harus segera dilakukan dan mereka tidak bisa menunggu lebih
lama lagi.
Banyak
yang meyakini AS dan Israel luas sebagai pencipta Stuxnet, virus komputer
canggih yang dirancang untuk menyerang suatu fasilitas pengayaan nuklir Iran
pada tahun 2010.
Stuxnet
tidak hanya dapat mencuri data, namun dapat membuat celah tersembunyi yang bisa
dimanfaatkan sebagai akses jarak jauh. Sehingga memungkinkan pihak luar secara
diam-diam memasuki fasilitas yang offline dan melumpuhkan program nuklir Iran
setidaknya untuk sementara waktu.
Para
pejabat AS juga menyalahkan Iran dibalik munculnya virus Shamoon dan dianggap
bertanggung jawab atas serangan cyber, karena telah menginfeksi 30.000 komputer
perusahaan minyak Saudi Aramco milik Arab Saudi dan perusahaan gas alam Rasgas milik
Qatar pada pertengahan Agustus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar